“Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil ia juga tidak benar
dalam perkara-perkara besar.”(Lukas 16: 10)
Ada sebuah teori yang dikembangkan oleh kriminolog dari Amerika
Serikat yang bernama George L. Kelling dan Catherine M. Coles. Kedua
orang ini mengembangkan sebuah teori yang disebut dengan teori “Broken
Window”. Teori ini menjelaskan bahwa satu jendela pecah yang dibiarkan
akan mengundang orang lain untuk memecahkan kaca jendela yang lainnya.
Jendela pecah yang tidak diperbaiki menimbulkan kesan ketidakpedulian,
inilah yang memicu datangnya kerusakan-kerusakan lain yang lebih parah.
Contoh praktis lainnya ialah sebagai berikut: ketika kita melihat
tembok rumah kita dicoret-coret oleh anak-anak bandel dan kita
membiarkannya, maka tidak lama kemudian tembok lain yang masih bersih
akan penuh dengan coret-coretan baru. Sikap kita yang tak acuh dan
terkesan tidak peduli secara tidak langsung mengundang dan memersilahkan
mereka melakukan hal yang lebih parah lagi pada rumah kita.
Ketidakpedulian kita sama saja dengan memberi lampu hijau kepada mereka
untuk melakukan hal tersebut, bahkan melakukan hal-hal yang lebih parah
lagi.
Bagaimana melihat teori “Broken Window” ini dalam kehidupan sehari-hari?
- Bersikaplah cuek terhadap anak Anda yang bersikap berandal, maka keberandalan anak Anda itu akan semakin meningkat.
- Biarkan rasa malas Anda dalam melakukan sebuah pekerjaan, maka rasa malas itu akan menjalar pada semua aspek kehidupan Anda.
- Biarkan seorang karyawan melakukan tindakan tidak disiplin dalam
bekerja, maka lama-kelamaan yang lain juga akan mengikuti bertindak
tidak disiplin dalam bekerja.
- Biarkan anak Anda pulang larut malam dan bersikaplah bahwa itu
adalah hal yang biasa dan tak perlu dikuatirkan, maka jangan kaget jika
suatu saat nanti mereka akan pulang pagi.
- Biarkan rasa malas dan rendahnya motivasi dalam melayani, maka
jangan kaget jika kita menjadi sumber masalah dalam pelayanan di mana
kita melayani.
- Biarkan rasa marah dan dengki menjadi dasar sikap dan tindakan kita
dalam berelasi dan bersikap pada orang lain, maka jangan kaget jika
kita menemukan diri kita (dan orang lain menilai kita) menjadi bagian
dari suatu masalah bukan bagian dari solusi suatu masalah.
Lukas 16: 10 mengingatkan kita bahwa,
“Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil ia juga tidak benar
dalam perkara-perkara besar.” Ucapan Tuhan Yesus ini hendak
memperlihatkan kepada kita pentingnya menaruh perhatian kepada hal-hal
kecil yang selama ini kita anggap sepele atau sepelekan. Mengapa? Sebab
hal itu memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Firman
Tuhan ini juga menyatakan siapa yang setia dalam perkara-perkara kecil
ia pasti dapat setia dan bertanggungjawab dalam perkara-perkara yang
jauh lebih besar. Setiap orang memang tidak mungkin dapat berbuat yang
jauh lebih baik, lebih dapat dipercaya, lebih dapat diandalkan, lebih
dapat dihormati kalau ia sendiri tidak dapat menunjukkan kualitas
dirinya yang baik dalam hal-hal yang kelihatannya sederhana.
Ada sebuah syair yang menarik untuk kita perhatikan dan renungkan bersama. Syair itu bertutur demikian:
Karena kehilangan satu paku pada tapal kuda
Maka lepaslah satu tapal kuda
Karena kehilangan satu tapal kuda
Maka jatuhlah seekor kuda
Karena jatuhnya seekor kuda
Maka jatuhlah seorang prajurit
Karena jatuhnya seorang prajurit
Maka kalahlah kita dalam pertempuran
Karena kalah dalam pertempuran
Maka satu negara akan lenyap
Intinya, jangan bersikap
cuek, apatis, dan tidak peduli
dengan “masalah-masalah yang kita anggap cuma dosa-dosa kecil”. Dosa
kecil pasti melahirkan dosa yang lebih besar lagi; dan itu akan terjadi
berulang-ulang hingga menciptakan efek bola salju. Mulanya kecil, tetapi
kemudian menjadi gelindingan besar dan akan terus membesar, hingga pada
suatu saat nanti kita sendiri tidak akan sanggup lagi mengatasinya.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan hal-hal yang kita anggap remeh,
sepele, tetapi dapat menjadi “Broken Window” kita dalam hidup ini yang
dapat merusak hubungan baik kita dengan sesama dan Tuhan; bahkan
merusak kehidupan kita sendiri.
Coba amatilah apakah ada yang menjadi “Broken Window/Jendela yang
pecah” dalam kehidupan kita, keluarga kita, pekerjaan kita, dan juga
pelayanan kita? Jangan biarkan itu merembet ke jendela-jendela yang
lain. Jika kita menemukannya segera atasi dan selesaikan supaya kita
kembali mempunyai kehidupan yang berguna dan bermanfaat bagi diri
sendiri, sesama, dan bagi Tuhan.