Senin, 20 Agustus 2012

TEORI "BROKEN WINDOW"

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil ia juga tidak benar dalam perkara-perkara besar.”(Lukas 16: 10)
Ada sebuah teori yang dikembangkan oleh kriminolog dari Amerika Serikat yang bernama George L. Kelling dan Catherine M. Coles. Kedua orang ini mengembangkan sebuah teori yang disebut dengan teori “Broken Window”. Teori ini menjelaskan bahwa satu jendela pecah yang dibiarkan akan mengundang orang lain untuk memecahkan kaca jendela yang lainnya. Jendela pecah yang tidak diperbaiki menimbulkan kesan ketidakpedulian, inilah yang memicu datangnya kerusakan-kerusakan lain yang lebih parah.
Contoh praktis lainnya ialah sebagai berikut: ketika kita melihat tembok rumah kita dicoret-coret oleh anak-anak bandel dan kita membiarkannya, maka tidak lama kemudian tembok lain yang masih bersih akan penuh dengan coret-coretan baru. Sikap kita yang tak acuh dan terkesan tidak peduli secara tidak langsung mengundang dan memersilahkan mereka melakukan hal yang lebih parah lagi pada rumah kita. Ketidakpedulian kita sama saja dengan memberi lampu hijau kepada mereka untuk melakukan hal tersebut, bahkan melakukan hal-hal yang lebih parah lagi.
Bagaimana melihat teori “Broken Window” ini dalam kehidupan sehari-hari?
  • Bersikaplah cuek terhadap anak Anda yang bersikap berandal, maka keberandalan anak Anda itu akan semakin meningkat.
  • Biarkan rasa malas Anda dalam melakukan sebuah pekerjaan, maka rasa malas itu akan menjalar pada semua aspek kehidupan Anda.
  • Biarkan seorang karyawan melakukan tindakan tidak disiplin dalam bekerja, maka lama-kelamaan yang lain juga akan mengikuti bertindak tidak disiplin dalam bekerja.
  • Biarkan anak Anda pulang larut malam dan bersikaplah bahwa itu adalah hal yang biasa dan tak perlu dikuatirkan, maka jangan kaget jika suatu saat nanti mereka akan pulang pagi.
  • Biarkan rasa malas dan rendahnya motivasi dalam melayani, maka jangan kaget jika kita menjadi sumber masalah dalam pelayanan di mana kita melayani.
  • Biarkan rasa marah dan dengki menjadi dasar  sikap dan tindakan kita dalam berelasi dan bersikap pada orang lain, maka jangan kaget jika kita menemukan diri kita (dan orang lain menilai kita) menjadi bagian dari suatu masalah bukan bagian dari solusi suatu masalah.
Lukas 16: 10 mengingatkan kita bahwa, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil ia juga tidak benar dalam perkara-perkara besar.” Ucapan Tuhan Yesus ini hendak memperlihatkan kepada kita pentingnya menaruh perhatian kepada hal-hal kecil yang selama ini kita anggap sepele atau sepelekan. Mengapa? Sebab hal itu memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Firman Tuhan ini juga menyatakan siapa yang setia dalam perkara-perkara kecil ia pasti dapat setia dan bertanggungjawab dalam perkara-perkara yang jauh lebih besar. Setiap orang memang tidak mungkin dapat berbuat yang jauh lebih baik, lebih dapat dipercaya, lebih dapat diandalkan, lebih dapat dihormati kalau ia sendiri tidak dapat menunjukkan kualitas dirinya yang baik dalam hal-hal yang kelihatannya sederhana.
Ada sebuah syair yang menarik untuk kita perhatikan dan renungkan bersama. Syair itu bertutur demikian:

Karena kehilangan satu paku pada tapal kuda

Maka lepaslah satu tapal kuda

Karena kehilangan satu tapal kuda

Maka jatuhlah seekor kuda

Karena jatuhnya seekor kuda

Maka jatuhlah seorang prajurit

Karena jatuhnya seorang prajurit

Maka kalahlah kita dalam pertempuran

Karena kalah dalam pertempuran

 Maka satu negara akan lenyap


Intinya, jangan bersikap cuek, apatis, dan tidak peduli dengan “masalah-masalah yang kita anggap cuma dosa-dosa kecil”. Dosa kecil pasti melahirkan dosa yang lebih besar lagi; dan itu akan terjadi berulang-ulang hingga menciptakan efek bola salju. Mulanya kecil, tetapi kemudian menjadi gelindingan besar dan akan terus membesar, hingga pada suatu saat nanti kita sendiri tidak akan sanggup lagi mengatasinya. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan hal-hal yang kita anggap remeh, sepele,  tetapi dapat menjadi “Broken Window” kita dalam hidup ini yang dapat  merusak hubungan baik kita dengan sesama dan Tuhan; bahkan merusak kehidupan kita sendiri.
Coba amatilah apakah ada yang menjadi “Broken Window/Jendela yang pecah” dalam kehidupan kita, keluarga kita, pekerjaan kita, dan juga pelayanan kita? Jangan biarkan itu merembet ke jendela-jendela yang lain. Jika kita menemukannya segera atasi dan selesaikan supaya kita kembali mempunyai kehidupan yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri, sesama, dan bagi Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar